Terjemahan Cerpen Honest Taxi Driver

11 Rabiul Akhir 1441 H


The Honest Taxi Driver:Supir Taksi Yang Jujur:


Picture Source: https://www.pinterest.es/pin/463378249133845953/

It was a cold and windy night. My friend and me met after a long time and were chatting for hours. We did not notice that time flew away and it was close to ten. We decided to take an Taxi rickshaw to go to our room.

Saat itu adalah malam yang dingin dan berangin. Temanku dan aku bertemu setelah sekian lama dan ngobrol berjam-jam. Kami tidak sadar bahwa waktu berlalu dan hampir jam sepuluh. Kami memutuskan untuk naik taksi bajai untuk pergi ke rumah kami.

It started raining and we hurried to get into an Taxi rickshaw and reach our place. None of the Taxi rickshaws stopped for us, except one. 

Saat itu mulai hujan dan kami buru-buru mendapatkan taksi bajai dan mencapai tempat kami. Tak satupun taksi bajai yang berhenti untuk kami, kecuali satu.

The driver asked us where we wanted to go and we told the place. Without talking anything about the fare, he said, ‘please get in!‘ We thanked the Taxi driver for stopping for us. 

Si pengemudi bertanya kepada kami kemana kami ingin pergi dan kami memberitahukan tempatnya. Tanpa berbicara apapun mengenai tarifnya, dia berkata, 'silahkan masuk!' kami berterimakasih kepada supir taksi karena berhenti untuk kami.

Since it was very cold, I asked the driver to stop in the mid at any small restaurant or a tea shop. We liked to have a cup of hot tea. The driver stopped near a small restaurant. 

Karena sangat dingin, aku meminta si pengemudi untuk berhenti ditengah (perjalanan) di restoran kecil atau kedai teh manapun. Si pengemudi berhenti di dekat sebuah restoran kecil.

We ordered for tea and asked the driver to join us and have a cup of tea. The driver refused. I insisted him to take a cup as it could be refreshing.

Kami memesan teh dan meminta si pengemudi untuk ikut dengan kami dan minum secangkir teh. Si pengemudi menolak. Aku memintanya (dengan agak memaksa) untuk mengambil secangkir teh karena itu bisa menyegarkan.

Again the driver refused to drink tea. 

Kembali si pengemudi menolak untuk minum teh.

My friend asked, ‘Will you not take tea from this shop or what?‘

Temanku bertanya, 'Apakah anda tidak minum teh dari kedai ini atau apa?'

Driver replied, ‘No Sir, I don‘t feel like having tea now.‘
I asked again, ‘But, why? A cup of tea will make no harm.‘
The Driver with all smiles replied, ‘Thank you sir, but I‘m sorry.‘

Si pengemudi menjawab, 'Tidak pak, saya tidak merasa ingin minum teh sekarang.'
Aku bertanya lagi, 'Tapi, kenapa? Secangkir teh tidak akan membahayakan.'
Si pengemudi dengan senyuman lebar menjawab, 'Terima kasih pak, tapi saya mohon maaf.'

My friend asked, ‘Do you have any habit that you won‘t eat outside?‘
The Driver said, ‘No!‘

Temanku bertanya, 'Apakah anda punya kebiasaan bahwa anda tidak mau makan di luar?'
Si pengemudi berkata, 'tidak!'

My friend became angry on the driver, ‘You think we are not equal to share a cup of tea with you?‘
The Driver remained silent and never replied. 

Temanku menjadi marah pada si pengemudi, 'kamu pikir kami tidak sebanding untuk berbagi secangkir teh denganmu?'
Si pengemudi tetap diam dan tidak menjawab.

I was really surprised at his behaviour and asked my friend not to compel him.
In 15 minutes, we reached our mansion. We paid the fare and he thanked us. 
I stopped him, as I really wanted to ask him why he refused to drink tea. 
He was thinking for a minute, and replied, ‘Sir, my son passed away this noon in accident. I don‘t have enough money for his funeral. So I promised not to drink even water until I earn enough money for my son. That‘s why I didn‘t drink tea when you offered. Please don‘t mistake me.‘
We both were shattered and offered him more money for his son‘s funeral. 
I said, ‘Please take this.‘ 

Aku benar-benar terkejut atas kelakuannya dan meminta temanku tidak memaksanya.
Dalam 15 menit, kami sampai di penginapan kami. Kami membayar tagihannya dan dia berterima kasih kepada kami.
Aku menahannya, karena aku sangat ingin bertanya padanya kenapa dia menolak untuk minum teh. Dia berpikir untuk beberapa menit, dan menjawab, 'Pak, anakku meninggal sore ini dalam kecelakaan. Saya tidak punya cukup uang untuk pemakamannya. Jadi saya berjanji untuk tidak minum bahkan air(pun) sampai saya mendapatkan cukup uang untuk anakku. Itulah mengapa saya tidak minum teh ketika anda menawarkan. Tolong jangan menyalahkanku.'
Kami berdua (merasa) remuk dan menawarkannya sedikit uang untuk pemakaman anaknya.
Aku berkata, 'tolong ambil ini.'

He politely refused, ‘Thank you for your generosity sir. In one or two hours, if I get one or two more customers, I will earn sufficient money I need.‘ And he left the place. 

Dia dengan sopan menolak, 'Terima kasih atas kemurahan hati anda pak. Dalam satu atau dua jam, jika saya mendapat satu atau dua lagi pelanggan, saya akan mendapatkan cukup uang yang saya butuhkan.' dan dia meninggalkan tempat.

He could have charged us double or even triple the usual rate due to rain. Still, he received the normal Taxi fare. In spite of his poor financial condition, his deep sorrow, the Taxi driver remained honest and stood by his words!

Dia bisa saja membebani kami dua kali lipat atau bahkan tiga kali lipat dari tarif biasanya karena hujan. Tetapi, dia menerima tarif taksi normal. Meskipun kondisi ekonominya yang buruk, rasa duka yang mendalam, si supir taksi tetap jujur dan memegang janjinya!

Be honest to all because honesty is the right policy.
Jujurlah kepada semuanya karena kejujuran adalah kebijakan yang benar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemahan Cerpen Milkmaid and Her Pail